Saidur adalah seorang guru muda yang sering menghabiskan pagi-paginya di
taman bacaan tersebut. Selain menjadi tempat favorit bagi anak-anak untuk
membaca dan belajar, taman itu juga menjadi ruang inspirasi bagi Saidur. Setiap
pagi, sebelum anak-anak datang, dia selalu menyempatkan diri untuk menyeruput
kopi dan merenung di sana. Kopi hitam, tanpa gula, menjadi teman setianya. Di
tengah ketenangan taman, ia menemukan kedamaian yang tidak bisa ditemukan di
tempat lain.
Pagi itu berbeda. Ada sesuatu di udara yang membuat Saidur merasa lebih
bersemangat dari biasanya. Mungkin karena langit biru bersih, mungkin juga
karena bau wangi tanah basah setelah hujan semalam. Dia duduk di bangku
favoritnya, menghadap ke arah jendela besar taman bacaan, di mana sinar
matahari pagi menembus kaca, menciptakan pantulan indah di atas meja kayu yang
dipenuhi buku.
Dari kejauhan, Saidur melihat beberapa anak kecil mulai datang. Mereka
membawa buku-buku, wajah-wajah ceria yang siap menyelami dunia penuh imajinasi.
Namun, sebelum mereka benar-benar masuk ke dalam ruangan, Saidur membiarkan
pikirannya melayang. Setiap tegukan kopi menghangatkan tubuhnya, menghidupkan
kembali energi pagi.
Di antara aroma kopi dan buku-buku, Saidur mendapatkan inspirasi. Dia
teringat dengan anak-anak di kota santri ini, anak-anak yang penuh dengan
impian besar namun terbatas oleh akses dan lingkungan. Taman bacaan ini telah
menjadi pelarian bagi mereka, ruang kecil di mana mereka bisa meraih mimpi
melalui cerita dan petualangan di dalam buku. Sebuah ide muncul di benaknya:
bagaimana jika ia bisa membantu lebih banyak anak untuk menemukan cinta
terhadap membaca?
Sambil menyeruput kopi terakhirnya, Saidur mulai membayangkan proyek baru.
Dia akan mengumpulkan relawan dari teman-teman guru dan mahasiswa di Jombang,
membuat program membaca gratis setiap minggu. Setiap anak yang datang ke taman
bacaan akan diajak untuk tidak hanya membaca buku, tetapi juga membuat cerita
mereka sendiri. Mereka akan belajar menulis, merangkai kata-kata, dan
menghidupkan imajinasi mereka dengan bimbingan dari orang-orang yang peduli.
Di dalam imajinasinya, Saidur melihat anak-anak tersenyum bangga saat
memegang buku cerita buatan mereka sendiri, penuh warna dan kreativitas. Taman
bacaan ini, yang selama ini hanya dipenuhi dengan buku-buku cerita klasik, akan
menjadi pusat kreativitas anak-anak kota santri. Ini adalah tempat di mana
mereka akan belajar, bermimpi, dan berbagi cerita.
Saidur tersenyum pada dirinya sendiri. Ide ini memberinya semangat baru.
Kopi yang diminumnya pagi itu, dengan udara segar taman bacaan, seolah menjadi
katalis bagi gagasan-gagasan yang selama ini terpendam. Dia merasa siap untuk
mewujudkannya, untuk menjadikan taman bacaan ini lebih dari sekadar tempat
membaca, tetapi juga pusat inspirasi bagi anak-anak di Jombang.
Tepat saat ia selesai dengan cangkir kopinya, anak-anak mulai berdatangan ke
dalam taman bacaan. Beberapa dari mereka langsung berlari ke rak buku, memilih
cerita favorit mereka. Saidur berdiri dan menyapa mereka dengan senyuman,
tetapi kali ini ada perasaan baru di dadanya: perasaan bahwa hari ini adalah
awal dari sesuatu yang besar.
Pagi di taman bacaan anak kota santri Jombang, dengan secangkir kopi dan sinar matahari pagi yang cerah, telah membangkitkan semangat dan inspirasi baru bagi Saidur. Dan dia tahu, taman ini, yang awalnya hanya sebuah tempat untuk membaca, akan menjadi jendela bagi anak-anak untuk melihat dunia yang lebih luas, penuh dengan kemungkinan tak terbatas.
Iklan
sponsor
