Begitu pula dalam kehidupan. Setelah lulus kuliah, kita sering merasa bahwa belajar sudah selesai, seolah kita sudah menjadi "ikan" yang mahir berenang di samudra kehidupan. Namun, apakah itu benar? Terkadang, kita menemukan tantangan yang tak pernah kita pelajari sebelumnya. Dalam momen seperti itu, kita harus rendah hati untuk mencari ilmu baru, menerima nasihat, dan terus berkembang.
Pepatah lain berkata, "Memberi garam pada air laut," yang berarti melakukan sesuatu yang sia-sia. Namun, bagaimana jika air laut itu kotor? Apakah kita hanya diam dan menerima keadaan? Tidak. Justru kita harus mencari cara untuk menyaring dan membersihkannya. Dalam hidup, air laut bisa diibaratkan sebagai lingkungan kita tempat kerja, pergaulan, atau bahkan cara berpikir kita sendiri. Jika lingkungan itu sudah tercemar oleh kebiasaan buruk, ketidakjujuran, atau pemikiran negatif, tugas kita adalah mencari cara untuk memurnikannya. Kita bisa mulai dari diri sendiri dengan meningkatkan kualitas diri, membangun kebiasaan baik, dan menginspirasi perubahan.
Belajar tidak hanya tentang menambah ilmu, tetapi juga tentang memperbaiki diri. Saat ikan sakit, ia membutuhkan obat. Saat air laut kotor, ia perlu disaring. Maka, dalam perjalanan hidup ini, marilah kita tidak hanya merasa cukup dengan apa yang sudah kita tahu, tetapi juga terus mencari cara untuk menjadi lebih baik, lebih sehat, dan lebih bijaksana.
Jadi, jika hari ini kita merasa seperti ikan yang sakit atau hidup di air laut yang kotor, jangan takut. Ada selalu cara untuk menyembuhkan dan menyaring. Yang terpenting, jangan berhenti berusaha.
Iklan
sponsor
