Kadang, cahaya kebaikan yang kita miliki justru menjadi alasan mengapa orang lain merasa terganggu. Ada hati yang tidak siap menerima ketulusan, ada jiwa yang merasa terancam oleh langkah-langkah kita, meski niat kita murni untuk kebaikan. Ibarat cahaya lampu yang terlalu terang, ia bisa menyilaukan mata yang terbiasa dalam gelap.
Tidak semua orang mampu melihat niat baik dengan kacamata yang jernih. Sebagian memilih menafsirkannya sebagai ancaman atau bahkan kesombongan. Padahal, sering kali yang mereka tolak bukanlah diri kita, melainkan ketidakmampuan mereka menerima terang yang kita bawa.
Dalam situasi seperti ini, penting bagi kita untuk tetap menjaga hati. Jangan biarkan iri, dengki, atau penolakan orang lain memadamkan cahaya yang Allah titipkan dalam diri. Ingatlah, cahaya itu bukan hanya untuk dirimu sendiri, tetapi juga untuk menjadi penuntun bagi jiwa-jiwa yang sedang mencari jalan.
Kita tidak bisa mengatur bagaimana orang lain menilai setiap langkah kita, tetapi kita bisa mengatur bagaimana hati kita meresponsnya. Selama niat kita ikhlas, selama tujuan kita lurus karena-Nya, maka kebencian orang lain tidak akan pernah merugikan. Justru, kebencian itu bisa menjadi doa yang meninggikan derajat kita di sisi Allah.
Maka, teruslah berjalan dengan cahaya yang kau miliki. Jangan goyah hanya karena ada hati yang memalingkan diri. Sebab, pada akhirnya, kebenaran dan ketulusan akan selalu menemukan jalannya.
Tenangkanlah jiwamu. Percayalah, setiap langkah yang dituntun oleh-Nya adalah jalan menuju kebaikan sejati.
Iklan
sponsor