Untuk menghidari polemik yang berbau SARA, lebih tepat rasanya penulis menyoroti hal yang berbau teknologi saja. Sesuai disiplin ilmu yang dipelajari oleh penulis sewaktu masih duduk di bangku kuliah.
Di Indonesia sistem kelistrikan memakai frekuensi 50 Hz, sedang di Amerika memakai frekuensi 60 Hz. Jika ditinjau dari rugi-rugi transformator jelas sistem 50 Hz rugi-rugi trafonya lebih kecil dibanding sistem 60 Hz. Mengapa ? Berikut buktinya, penulis jelaskan dengan ilustrasi perhitungan.
Secara teori trafo memiliki rugi-rugi tembaga dan rugi-rugi besi. Rugi-rugi tembaga dipengaruhi oleh besarnya arus listrik yang mengalir pada kumparan trafo, karena kumparan trafo terbuat dari tembaga maka disebut rugi-rugi tembaga. Sedang rugi-rugi besi dipengaruhi oleh Eddy Current dan Arus Hysterisis.
Pada rugi-rugi tembaga tidak dipengaruhi oleh frekuensi listrik. Sedang pada rugi-rugi besi dipengaruhi oleh rugi-rugi arus eddy dan rugi-rugi arus hysterisis.
Misal :
Pe ≈ f² = B f²
Ph ≈ f = A f
Dimana f adalah frekuensi. Sedang A dan B adalah konstanta.
Rugi-rugi besi secara keseluruhan,
Pb = Af + Bf²
Pb/f = A + B f
Jika frekuensi untuk
f = 50 Hz
dan A = 18 ; B = 0,64
----> Rugi-rugi besinya adalah 18*50 + 0,64*(50*50) = 2500 Watt
Untuk f = 60 Hz
--> Rugi-rugi Besi (Pb) = 18*60 + 0,64*(60*60) = 3384 Watt
Jelas di sini frekuensi 60 Hz rugi-rugi besinya lebih besar ketimbang frekuensi 50 Hz.
Maka bisa diambil kesimpulan bahwa trafo-trafo yang ada di PT. PLN (Persero) rugi-rugi besinya lebih kecil ketimbang rugi-rugi besi pada trafo yang ada di Amerika. Sebab Amerika memakai frekuensi 60 Hz.
Demikian penjelesan singkat Semoga bermanfaat bagi pembaca semua .
Referensi : Buku Teori Transformator (halaman 108)
Iklan
sponsor
