Membaca Bukan Sekadar Melafalkan
Kemampuan dasar membaca memang penting. Tanpa itu, anak-anak tidak bisa mengakses informasi apa pun. Tapi literasi sejati bukan sekadar soal mengeja huruf dan kata, melainkan soal mengolah makna, menganalisis informasi, dan menghubungkannya dengan pengetahuan atau pengalaman lain.
Ketika anak-anak hanya diajarkan untuk bisa membaca, tanpa dibekali dengan keterampilan memahami, mereka ibarat memiliki kunci namun tak tahu pintu mana yang harus dibuka. Mereka membaca teks sains tapi tidak memahami konsepnya; mereka membaca soal cerita dalam matematika tapi tidak bisa menjawab karena gagal menangkap maksud pertanyaannya.
Penyebab Minimnya Pemahaman Bacaan
Beberapa hal yang sering menjadi akar masalah antara lain:
-
Fokus pada kecepatan, bukan pemahaman. Anak didorong untuk membaca cepat, bahkan berlomba membaca buku terbanyak, tanpa refleksi terhadap isi bacaan.
-
Kurangnya kosa kata dan pengalaman nyata. Anak-anak yang jarang berdialog atau tidak terbiasa mendengar cerita kaya makna akan kesulitan memahami teks yang kompleks.
-
Metode pembelajaran yang terlalu teknis. Banyak pembelajaran membaca yang berhenti di ranah fonetik dan tidak menjangkau diskusi mendalam tentang isi bacaan.
-
Minimnya budaya bertanya. Anak tidak dibiasakan bertanya “mengapa” dan “bagaimana” saat membaca, sehingga tidak terbentuk kebiasaan berpikir kritis.
Mendorong Literasi yang Bermakna
Meningkatkan pemahaman membaca bukanlah tugas guru semata. Ini adalah tanggung jawab bersama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Beberapa langkah yang bisa diambil:
-
Bangun kebiasaan membaca bersama. Luangkan waktu untuk membaca dan berdiskusi tentang isi cerita, bukan sekadar menyuruh anak membaca sendiri.
-
Gunakan pertanyaan terbuka. Setelah membaca, ajak anak untuk menjawab: “Menurutmu, kenapa tokohnya bertindak seperti itu?”, atau “Kalau kamu ada di situasi itu, apa yang akan kamu lakukan?”
-
Kaitkan bacaan dengan dunia nyata. Teks fiksi atau nonfiksi akan lebih bermakna jika anak bisa melihat kaitannya dengan kehidupan mereka.
-
Berikan ruang untuk refleksi. Jangan buru-buru menyimpulkan. Biarkan anak mengekspresikan pemahaman dengan caranya sendiri, entah melalui cerita ulang, gambar, atau tulisan.
Penutup: Literasi Adalah Jalan Panjang
Membaca adalah pintu gerbang ilmu. Tapi tanpa pemahaman, ilmu tak bisa dicerna, apalagi diamalkan. Literasi sejati bukan soal cepatnya anak menyelesaikan buku, tetapi seberapa dalam mereka mampu menangkap dan memaknai isinya. Mari kita mulai dari rumah, dari kelas, dari percakapan sederhana—untuk menumbuhkan generasi pembaca yang bukan hanya bisa membaca, tapi juga mampu memahami dan berpikir kritis.
Iklan
sponsor
