Bukan Sekadar Penentuan Ramadan dan Hari Raya
Saat ini, kita sering menyaksikan perbedaan waktu memulai puasa atau merayakan Idul Fitri antara satu negara dengan negara lain. Bahkan, dalam satu wilayah pun terkadang terjadi perbedaan karena metode penentuan awal bulan yang beragam: ada yang menggunakan rukyatul hilal (pengamatan bulan langsung), ada pula yang menggunakan hisab (perhitungan astronomi).
Padahal, ibadah seperti puasa, wukuf di Arafah, atau Idul Adha memiliki nilai kebersamaan yang kuat. Ketika waktunya tidak seragam, momen sakral yang seharusnya mempererat ukhuwah justru berpotensi menimbulkan kebingungan dan perpecahan.
Menyatukan Umat dalam Rasa dan Waktu yang Sama
Bayangkan jika seluruh umat Islam di dunia memulai Ramadan pada hari yang sama. Bersama-sama kita menyambut bulan suci, berbuka puasa pertama, dan shalat Idul Fitri secara serempak. Ini bukan hanya indah secara spiritual, tetapi juga memperkuat solidaritas dan rasa kebersamaan global.
Penyatuan kalender Hijriyah menciptakan kesadaran waktu bersama. Ini menjadi fondasi penting bagi kekuatan sosial dan politik umat Islam, terutama dalam merespons isu-isu global seperti Palestina, Rohingya, atau konflik kemanusiaan lainnya. Ketika umat memiliki waktu yang sama untuk bergerak, maka suara yang dihasilkan pun menjadi lebih kuat dan terorganisir.
Menguatkan Identitas Peradaban Islam
Kalender Hijriyah bukan sekadar sistem penanggalan, melainkan bagian dari warisan peradaban Islam. Ini adalah sistem waktu yang dirancang di masa Rasulullah ﷺ dan digunakan oleh para khalifah serta umat Islam selama berabad-abad, dari Andalusia di barat hingga Nusantara di timur.
Dengan menjadikannya sistem penanggalan global yang seragam, umat Islam menegaskan bahwa kita memiliki tata waktu sendiri yang independen dan berakar pada nilai-nilai wahyu, bukan hanya sekadar meniru sistem Gregorian yang sekuler.
Memudahkan Umat di Negara Minoritas
Bagi umat Islam yang tinggal di negara-negara non-Muslim, ketidakteraturan penentuan hari raya menjadi tantangan tersendiri. Izin libur dari sekolah atau tempat kerja, pemesanan tempat shalat Id, hingga kegiatan komunitas, semuanya akan lebih mudah jika umat Islam memiliki kalender tetap yang bisa dirujuk bersama.
Landasan Ilmiah dan Syar’i Sudah Ada
Berbagai organisasi Islam dunia seperti Organisasi Konferensi Islam (OKI), Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Muhammadiyah telah sejak lama mendorong penerapan kalender Hijriyah global berbasis hisab-rukyat. Secara syar’i, Al-Qur’an menyebutkan bahwa sistem penanggalan Islam berlaku untuk seluruh umat manusia:
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan..." (QS. At-Taubah: 36)
Artinya, sistem kalender Islam bukan hanya milik satu negara atau satu kelompok, tetapi merupakan tatanan waktu universal yang seharusnya menjadi pedoman bersama.
Menuju Masa Depan Umat yang Lebih Teratur dan Bersatu
Dunia modern bergerak dengan kecepatan tinggi. Umat Islam membutuhkan sistem waktu yang terorganisir dan seragam agar mampu menata pendidikan, ekonomi, ibadah, dan gerakan sosial secara lebih sistematis. Kalender Hijriyah global bukan sekadar alat waktu, tapi alat perjuangan peradaban.
Penyatuan kalender Hijriyah adalah kebutuhan mendesak umat Islam hari ini. Ia adalah jembatan menuju persatuan spiritual, sosial, dan peradaban. Dengan satu kalender, kita bisa berjalan bersama, berdiri tegak sebagai satu umat, dan menatap masa depan dengan arah yang sama.
Saatnya umat Islam menyatu dalam waktu, dalam semangat, dan dalam cita-cita.
Iklan
sponsor
