Sejak Kapan TBM Itu Berbayar?

Saya percaya, minat baca tidak benar-benar hilang.
Please wait 0 seconds...
Scroll Down and click on Go to Link for destination
Congrats! Link is Generated


 Refleksi tentang menurunnya minat baca dan perubahan zaman digital.

“Sejak kapan TBM itu bayar?”
Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut seorang pengunjung setelah ia selesai membaca beberapa buku di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang saya kelola. Saya sempat tersenyum kecil sambil menjawab,
“Lho, di sini gratis. Silakan datang kapan saja selama buka, kecuali pas lagi tutup, ya…”

Percakapan singkat itu membuat saya berpikir lama.
Apakah kini membaca buku di TBM dianggap sesuatu yang langka sampai-sampai diasumsikan harus membayar?

Beberapa hari terakhir, saya banyak menerima kunjungan dari para pelajar terutama siswa SMP yang sekolahnya tak jauh dari TBM ini. Mereka datang untuk kegiatan literasi sekolah: berkunjung, membaca, dan mengenal dunia buku lebih dekat. Namun dari obrolan ringan dengan mereka, saya sadar bahwa banyak di antara mereka yang baru pertama kali masuk ke tempat seperti ini.

Sebagian besar lebih akrab dengan literasi digital video pembelajaran, animasi pengetahuan, hingga konten edukatif di media sosial. Semua serba instan, cepat, dan menarik secara visual. Mereka tinggal menonton dan mendengarkan, tanpa harus membuka halaman demi halaman buku fisik yang mungkin dianggap “terlalu serius” atau “membosankan”.

Padahal, di balik lembaran buku yang sederhana itu, tersimpan ketenangan, kedalaman, dan imajinasi yang tak bisa digantikan oleh layar.

Namun, memang harus diakui:
perkembangan teknologi begitu pesat.
Kini, referensi buku sudah banyak yang divisualisasikan dalam bentuk video, podcast, bahkan cerita interaktif yang bisa diakses hanya dengan satu sentuhan di ponsel.

Lalu bagaimana nasib TBM dan perpustakaan?
Pengunjung kian berkurang, ruang baca mulai sepi, dan aroma khas kertas buku pelan-pelan tergantikan oleh cahaya biru dari layar gawai.

Tapi saya percaya, minat baca tidak benar-benar hilang.
Ia hanya berpindah bentuk.
Tugas kita para pengelola TBM, guru, dan pegiat literasi adalah menjembatani dua dunia itu: dunia buku dan dunia digital.
Agar generasi hari ini tetap mencintai bacaan, baik di lembaran kertas maupun di layar digital.

Maka, jika suatu hari kamu lewat di depan TBM dengan tulisan besar “Baca Buku Gratis”, mampirlah sebentar.
Rasakan kembali nikmatnya membaca tanpa tergesa, tanpa notifikasi, tanpa biaya karena ilmu sejatinya memang untuk dibagi, bukan untuk diperjualbelikan.

Iklan

sponsor

Posting Komentar

Subscribe

Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.