Serpihan Catatan Ayuhan Hanafi

Serpihan Catatan Ayuhanafiq: Jejak Kecil dari Sejarah yang Besar
Please wait 0 seconds...
Scroll Down and click on Go to Link for destination
Congrats! Link is Generated


Di antara riuhnya arus informasi di media sosial, ada satu nama yang mungkin tak asing bagi mereka yang pernah hidup di lingkar kampus “Merah Bata” di awal tahun 2000-an  Ayuhan Hanafi, atau yang akrab disapa Kang Yuhan. Sosok sederhana ini dikenal luas bukan karena gemerlap panggung atau jabatan, melainkan karena ketekunannya merawat ingatan dan menulis serpihan-serpihan kisah kecil yang sering luput dari sejarah besar.

Kang Yuhan, di masa mudanya, aktif di PMII dan juga dikenal sebagai penulis di beberapa surat kabar ternama pada eranya. Orangnya santai, pendiam, namun penuh strategi dan gagasan. Tak sulit mengenalnya, sebab meski tak banyak bicara, aura persahabatannya membuat orang-orang merasa dekat bahkan sebelum benar-benar berkenalan.

Di ruang maya, ia hadir dengan nama “Serpihan Catatan Ayuhanafiq”, sebuah tajuk sederhana namun sarat makna. Dari laman Facebook-nya, ia menuliskan peristiwa, kisah, dan catatan sejarah  bukan tentang para tokoh besar, melainkan tentang orang-orang kecil yang justru memberi warna pada denyut kehidupan Mojokerto dan sekitarnya.

Tulisan-tulisannya menggelitik, renyah, namun dalam. Kadang memotret nostalgia masa lalu, kadang mengungkap kisah budaya yang nyaris terlupakan. Ia menulis tentang kearifan lokal, tradisi rakyat, peristiwa keseharian, dan manusia-manusia biasa  yang dengan caranya sendiri menjadi bagian dari narasi besar negeri ini.

Bagi yang pernah berbincang langsung dengannya, tentu tahu betapa hangat dan meneduhkannya obrolan bersama Kang Yuhan. Dengan secangkir kopi pahit dan sebatang rokok kretek, perbincangan bisa mengalir panjang  dari sejarah, budaya, hingga nilai-nilai kehidupan. Ia bukan sekadar bercerita, melainkan menghidupkan kembali memori kolektif yang nyaris pudar.

“Serpihan Catatan Ayuhanafiq” bukan sekadar arsip pribadi. Ia adalah ruang perenungan dan penghormatan untuk orang-orang yang sering luput dari sorotan sejarah besar  tukang becak yang setia di sudut kota, petani yang menanam harapan di tanah kering, atau guru kampung yang menyalakan cahaya ilmu di tengah gelap keterbatasan.

Melalui serpihan-serpihan kecil itu, Ayuhan Hanafi mengingatkan kita bahwa sejarah tak hanya milik mereka yang tercatat di buku pelajaran, tapi juga milik mereka yang hidupnya sederhana namun bermakna. Ia mengarsipkan bukan sekadar peristiwa, melainkan juga rasa, waktu, dan jejak kemanusiaan.

Kini, di tengah derasnya arus digital yang serba cepat dan instan, tulisan-tulisan Kang Yuhan menjadi oase yang meneduhkan  pengingat bahwa kisah kecil pun punya arti besar bila ditulis dengan ketulusan dan cinta pada kehidupan.

Iklan

sponsor

Posting Komentar

Subscribe

Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.